TERUNTUK ANAKKU, GIANDRA PRADIPTA

22 April 2018

                Hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku di sepanjang tahun 2018. Dua hari yang lalu adalah ulaang tahun suamiku yg ke 28. Kami berencana merayakannya dengan pergi jalan-jalan. Tapi karna aku sedang dilanda sakit, maka baru hari ini rencana jalan2 itu akan direalisasikan. Dan karna akan bepergian jauh, aku selalu iseng untuk tespek di pagi hari untuk memastikan bahwa aku tidak sedang hamil, sehingga aman untuk melakukan perjalanan jauh. Dan apa yg terjadi ? sungguh...aku tak percaya ketika melihat hasil tespek menunjukkan 2 garis. Itu artinya aku hamil !! Yaa, hamil !! Tuhan, sungguh ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan. Betapa tidak, satu setengah tahun sudah aku menunggu dan akhirnya berkah itu kudapatkan 2 hari setelah ulang tahun suamiku.  Alhamdulillah, kado terindah untuknya tahun ini 🙂.

Mei-Juli  2018

                Bulan2 ini adalah masa emas kehamilanku. Sungguh aku merasa jadi wanita paling bahagia di dunia ini. menikmati masa kehamilan yang sehat dengan bahagia tanpa kendala dan hambatan berarti. Tidak ada morning sickness dan mual muntah, apapun yang aku mau dituruti oleh suami. Aah..ini sungguh masa yang menyenangkan. Setiap malam sebelum tidur  kerap menghitung hari, berharap agar segera bulan Desember. Berkhayal betapa menyenangkannya jika bayi dalam kandunganku ini kelak lahir, pasti bahagia sekali rasanya menjadi seorang Ibu dan memiliki anak yg lucu.

Agustus 2018

                Bulan ini aku USG untuk yang kedua kalinya. Memasuki minggu ke22 , jenis kelamin bayi biasanya sudah bisa terlihat. Sebenarnya sedikit kecewa ketika Dokter mengatakan bahwa bayiku laki-laki , karna sungguh.. dari dulu aku sangat berharap punya anak perempuan. Tapi kemudian suamiku mengingatkan bahwa apapun jenis kelaminnya, yang penting sehat. Kufikir, ada benarnya memang. Apapun yang diberikan oleh Tuhan, syukuri saja. Yang penting aku bisa punya anak :D

                Dan setelah mengetahui jenis kelamin bayiku, aku mulai searching nama yang bagus untuk anak laki-laki. Kemudian, setelah melalui proses diskusi panjang dengan suami, kami sepakat untuk menamai anak kami kelak GIANDRA PRADIPTA...

September 2018

                Di pertengahan september, saat kehamilan memasuki 28 minggu, mulai terjadi masalah. Dokter menyatakan kehamilanku mengalami gejala Polihidramnion atau istilah awamnya kembar cairan. Perutku terlihat lebih besar dari usia kehamilan yang sesungguhnya karna cairan ketuban di dalamnya terlalu banyak. Tidak diketahui pasti apa penyebab Polihidramnion ini, tapi dari yang kulihat dari hasil searching di google, ada beberapa kemungkinan penyebabnya, seperti pencernaan si bayi yang kurang baik sehingga ia tak bisa menyerap nutrisi dari Ibu dan dimuntahkan lagi jadi air ketuban, ketidakcocokan darah antara ibu dan bayi, kondisi kromosom abnormal, atau infeksi virus toxoplasma. Karna Polihidramnion ini, dokter menyatakan bahwa kemungkinan besar aku harus melewati proses Caesar untuk melahirkan bayiku nanti. Mendengar itu, tentu saja membuatku sangat gundah. Karna itu baru kemungkinan, semua saran dari dokter agar aku dapat melahirkan normal, aku lakukan. Yahh mesipun kemungkinannya kecil.

November 2018

                Usia kehamilanku sudah memasuki 36 minggu. Namun setelah di USG lagi, ternyata posisi bayiku masih belum turun ke panggul. Bahkan lebih parahnya sekarang posisi bayiku miring, sehingga akan sangat susah jika dilahirkan melalui proses persalinan normal. Sia sia sudah rasanya selama ini aku mengusahkan dengan memperbanyak sujud dan rutin berjalan kaki keliling komplek, bahkan ikut senam ibu hamil agar bayiku cepat turun menuju jalan lahir -_- . Kata dokter, karna cairan ketubanku terlalu banyak, jadi bayi terus melayang dan berenang sehingga susah untuk masuk dan menetap di panggul menuju jalan lahir. Tapi aku masih tetap ngotot untuk mencoba sebisa mungkin untuk melahirkan secara normal. Aku menemui beberapa Bidan dan berkonsultasi apakah dengan kondisi seperti ini aku bisa melahirkan melalui proses persalinan normal. Kenapa ke Bidan ? karna biasanya, bidan lebih sabar daripada Dokter untuk melayani ibu hamil yang ingin  melahirkan melalui proses persalinan normal. Tapi apalah daya, semua bidan menolak dan menyatakan angkat tangan jika posisi bayi seperti itu, akan sangat beresiko tinggi. Akhirnya, aku menyerah dan mencoba untuk ikhlas bahwa aku harus melahirkan melalui proses caesar. Mau bagaimana lagi ? mungkin memang sudah jalannya. Toh melahirkan secara caesar pun tidak mengurangi hakikat kita sebagai ibu kan? Normal ataupun caesar, dua2nya sama2 butuh perjuangan ...

3 Desember 2018

                Aku kembali ke Dokter kandunganku di rumah sakit Family Medical Center (FMC) Cibinong untuk kontrol kandungan. Dan setelah di USG, posisi bayiku masih juga tetap belum turun ke panggul. Dokter menyatakan bahwa aku harus segera dioperasi karna sudah memasuki minggu ke 38 menuju 39, jika dibiarkan terlalu lama akan berbahaya karna air ketuban bisa saja tertelan oleh si bayi . Setelah berdiskusi akhirnya diambillah kesepakatan bahwa operasi akan dilaksanakan besok, tanggal 4 Desember.

4 Desember 2018

                Sebenarnya aku sangat deg-deg an. Jujur saja aku sangat takut. Selama ini bisa dibilang aku hampir tidak pernah sakit dan berurusan dengan rumah sakit. Dan ini kali pertama aku berurusan dengan dokter dan langsung untuk operasi besar. Pukul 08.40,  Setelah melalui serangkaian proses suntik sana sini dan anestesi yg berkali kali gagal, akhirnya aku dibius total .

                Saat aku siuman, jam di dinding menunjukkan pukul 12.30 . kepalaku rasanya sungguh sangat berat. Aku melihat ke sekeliling tapi tak ada orang. Kesadaranku belum sepenuhnya pulih, tapi fikiranku sudah bertanya dimana bayi dan suamiku? Aah rasanya sudah tidak sabar bertemu dengan mereka, terutama anakku. Aku penasaran, apa dia mirip denganku atau justru mirip suamiku? Sungguh campur aduk hatiku, haru sekali rasanya karna sebentar lagi bisa melihat sesosok makhluk mungil yang selama ini bersemayam di perutku ...

                Beberapa saat kemudian, beberapa orang perawat datang dan membawaku untuk dipindahkan ke ruang perawatan. Saat tiba disana aku bertanya pada suamiku dimana bayiku dan ia menjawab bahwa bayi kami masih di ruang bayi. “kenapa ga dibawa kesini ? Giandra sehat dan baik baik aja kan ? ” tanyaku lirih.

                “...” suamiku terdiam sejenak

                “jawab...” desakku, demi melihat raut wajah suamiku yang seperti menyimpan kegelisahan.

                “sabar ya sayang, Giandra masih di Inkubator. Kamu belum bisa nyusuin dia karna pencernaannya bermasalah “ terang suamiku.

                Mendengar itu, perasaanku langsung kacau balau. Kemudian suamiku menjelaskan bahwa Dokter mendiagnosa anakkku terkena penyakit Atresia Esofagus, yaitu kelainan pencernaan dimana bayi tidak bisa menyalurkan asupan makanan yang ia terima dari mulut ke perut. Sehingga tiap diberi makan, wajahnya akan langsung membiru dan makanan tersebut langsung dimuntahkan. Maka untuk sementara bayiku harus dirawat di ruang inkubator dan diberi asupan makan melalui selang infus.

5 Desember 2018

                Karna kondisi kesehatan Giandra bukanlah masalah yang ringan, maka dia harus segera mendapatkan perawatan insentif di rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang NICCU dan ada Dokter bedah anaknya. Dan menurut dokter dari rumah sakit FMC tempatku dirawat mengatakan bahwa suamiku  harus mencari rumah sakit yang memenuhi fasilitas tersebut dengan membawa surat rujukan dari rumah sakit tempat aku dan Giandra dirawat. Dari sejak kemarin sore suamiku sudah bepergian mengelilingi seluruh rumah sakit di Bogor dan Depok, tapi hasilnya Nihil. Rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang NICCU + dokter bedah anak itu sangat terbatas, pun yang ada semuanya sedang full tidak ada yang kosong. Sembari suamiku berkelana mencari, aku yang masih kondisi lemah dan tak bisa kemana mana ini hanya bisa mencari via handphone dan mengontak semua teman/saudara yang sekira dapat membnatu mencarikan rumah sakit dengan fasilitas Ruang Niccu. Setelah berdiskusi dengan salah seorang teman, kemudian aku tau bahwa sesungguhnya pihak rumah sakit yang punya fasilitas NICCU pun tidak akan menerima jika suamiku yang datang dengan hanya membawa surat rujukan. Rujukan itu seharusnya dari dokter yang bersangkutan dari rumah sakit FMC tempatku dirawat , kemudian menelfon ke rumah sakit lain yang mempunyai fasilitas Ruang NICCU, begitu prosedur yang seharusnya. Tapi pihak rumah sakitku tiap kami desak untuk menelfon ke beberapa rumah sakit yang sudah kami rekomendasikan, selalu jawabannya “ya , sudah kami telefon, tapi ruang NICCu nya sedang penuh. Akan kami kabari lagi nanti jika sudah ada yang kosong. Sembari menunggu ada yang kosong, silahkan mencari rumah sakit lain dengan cara mendatanginya dan menunjukkan surat rujukan .”

6 Desember 2018 - Pagi

                Meskipun tau bahwa sebenarnya yang ia lakukan mungkin sia-sia, tapi suamiku tetap dengan gigihnya mencari rumah sakit yang fasilitasnya lebih memadai untuk Giandra. Secara prosedural, jelas tidak akan ada rumah sakit yang mau menerima jika calon pasien datang dan  membawa surat rujukan, bukan rekomendasi langsung dari dokter. Tapi mau bagaimana lagi ? daridapada hanya diam berpangku tangan tanpa usaha, itu juga tidak akan memecahkan masalah. Karna waktu terus berjalan dan Giandra harus segera masuk ke ruang NICCU.

Jam 7 pagi, suamiku pergi lagi menuju Jakarta dan akan mengelilingi seluruh rumah sakit yang ada disana yang fasilitasnya lebih memadai untuk Giandra. Sungguh aku ingin menangis rasanya. Antara tangis sesak karna miris melihat keadaan bayiku, juga tangis haru melihat kegigihan suamiku. Sudah sejak dua hari yang lalu dia lelah dan tanpa tidur karna harus mencari rumah sakit di seluruh penjuru Bogor- Depok, dan sekarang harus pergi lagi mencari ke Jakarta. Kasihan , dia pasti sungguh lelah. Tak peduli dengan penolakan dari sebanyak itu rumah sakit, dia tetap berjuang, demi anak kami Giandra. Karna dia yakin, pertolongan Tuhan akan datang entah itu darimanapun jalannya jika kita berusaha dan berikhtiar dengan sungguh – sungguh. Dan setidaknya, dibalik semua ini aku sungguh bersyukur karna memiliki suami seperti dia…yang tak pernah menyerah  dan tidak putus asa, yang perjuangannya sedemikian rupa agar bayi kami Giandra bisa bertahan hidup dengan kondisi yang sehat. Terimakasi Tuhan, Kau pilihkan jodoh terbaik untukku … J .

6 Desember 2018 – Sore

                Jam sudah menunjukkan pukul 17. 45 saat aku tiba di rumah. Kata dokter aku sudah diperbolehkan pulang dan bisa rawat jalan. Tapi sudah sesore ini suamiku belum juga pulang, di rumah pun aku belum bias tenang karna belum dapat kabar darinya. Selama bayiku masih belum masuk ruang NICCU, rasa was-was ku semakin tinggi. Aku takut kondisi nya memburuk. Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengannya. Tuhan, berikanlah kemudahan untuk kami ….

                Setengah jam kemudian, suamiku mengabari bahwa ia sudah di perjalanan pulang dan hasilnya tetap nihil, tidak ada rumah sakit yang punya fasilitas NICCU yang bisa kami tempati . aku hanya bisa menghela nafas berat, yaa berat sekali rasanya menghadapi kenyataan ini. Betapa tidak, aku yang sedari menikah dulu sangat ingin segera dianugrahi anak, harus lama sekali menunggu hingga 1,5 tahun lamanya , dan ternyata .. setelah melahirkan pun aku tidak bisa segera langsung menikmati menggendong bayi dan mengurus anak.

                Beberapa menit kemudian, pertolongan Allah datang dari arah yang tak disangka-sangka . saudara ipar kakakku menelfon dan mengabari bahwa ia memiliki teman dokter yang bekerja di RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan disana ada fasilitas ruang NICCU nya. Kami pun langsung bergegas dan mebawa Giandra ke sana untuk mendapatkan perawatan insentif.

11 Desember 2018

                Setelah 5 hari di ruang NICCU , akhirnya anakku Giandra dioperasi. Akan dilakukan pembedahan di kerongkongan dan ususnya. Betapa aku ngeri membayangkannya. Giandra, yang masih bayi berumur 8 hari harus dioperasi dan dibedah organ tubuhnya. Ya Allah, pasti sakit ya nak L . tapi kamu harus kuat yaa, demi mama dan papa, demi kita. Kita nanti akan berkumpul bersama dan hidup bahagia kan , nak ?

                Setelah operasi, dokter mengatakan bahwa kerongkongan Giandra dilubangi agar makanan yang ia terima dari mulut bisa disalurkan ke perut. Kemudian karna ususnya pendek, di bagian usus nya disambung dengan selang agar proses pencernaan makanan di dalam tubuhnya jadi lebih sempurna. Kondisi setelah operasi masih stabil, tapi Giandra masih belum boleh dibawa pulang karna masih harus dirawat dan dilihat perkembangannya beberapa hari ke depan. Dokter bilang, jika ia bertahan hidup, kelak di umur 2 tahun dia harus dioperasi lagi untuk penggantian selang di ususnya. Ya Allah, berat sekali rasanya hidup yang harus dijalani anakku nanti. Kamu pasti kuat ya nak …

14 Desember 2018

                Ini adalah hari terburukku di sepanjang tahun 2018. Pukul 17.00 sore , aku mendapat telfon dari suamiku yang masih bekerja, ia mengabarkan bahwa pihak rumah sakit telah menghubunginya dan mengabarkan bahwa anak kami Giandra telah menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 16.45 sore. Sungguh aku tak bisa berkata-kata lagi, hancur sudah harapanku. Pilu rasanya. Aku gagal menjadi Ibu….



16 Desember 2018

                Dua hari setelah meninggalnya anakku, aku masih kerap tiba-tiba menangis. Terlebih saat malam hari, aku sulit tertidur. Memikirkan kenapa hal ini harus menimpaku. Memikirkan kenapa Giandra harus meninggalkanku. Menyalahkan takdir, kenapa aku harus hamil jika hanya untuk direnggut kembali. Ya Tuhan…sungguh hati yang terluka ini begitu mudahnya berprasangka buruk terhadap Mu. Betapa lemahnya imanku jika aku menyalahkan Takdir Mu L .

                Tapi kemudian aku sadar, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Aku harus ikhlas, harus kuat. Karna tidak ada pilihan lain selain harus kuat. Pun larut dalam kesedihan meratapinya tidak akan mengubah takdir, justru memperburuk keadaan. Selalu ingat bahwa jika kita tak bisa mengubah arah angin, kita masih bisa mengubah arah sayap kita. Kita memang tak bisa mengubah takdir, tapi kita bisa mengubah cara kita menghadapi takdir tersebut.

                Jadi, bahagia itu memang pilihan . kita masih bisa memilih untuk merasa bahagia dengan setiap jalan yang suah digariskan… nikmati saja. Yakin bahwa selalu ada hikmah di balik setiap cobaan. Nikmati, dan syukuri. Tidak perlu lagi mengeluhkan apa yang tidak kita miliki, tapi bersyukur atas apa yang sudah Allah beri. Setidaknya dari kejadian ini, aku tau bahwa aku masih memiliki teman teman dan saudara yang begitu perhatian dan selalu sayang serta peduli, yang tetap membersamai saat keadaanku sedang sulit dan tetap menguatkan saat aku mulai goyah dan Lemah.

                Tuhan, maafkan aku yang sempat berkeluh dan menggerutu. Kini, kunikmati saja takdir yang sudah engkau gariskan untukku, pasti itu yang terbaik dari Mu. Terimakasih sudah memberiku kesempatan menjadi seorang Ibu meski hanya sepuluh hari saja. Semoga kelak, aku dan suamiku Kau pertemukan kembali dengan anak kami di surga Mu …




Bogor, Desember 2018

Baca juga

2 komentar

  1. Salah satu pengalaman yang paling berharga

    BalasHapus
  2. No deposit bonus for new casino, bet365 and more - DRMCD
    Get 100 free spins 계룡 출장안마 and bonuses 대구광역 출장샵 from No 목포 출장안마 Deposit Casino, bet365 and more. Bet365 is one of 순천 출장마사지 the biggest online gambling 고양 출장안마 companies in the world.

    BalasHapus

Posting Komentar