- 2019/2020
- Adminisrasi Guru
- Akreditasi
- Akreditasi PAUD
- beasiswa
- Buku Paket
- Celoteh
- Cerita Seri
- Diary Galau
- HANYA CERPEN
- Informatika
- Kurikulum 2013 Revisi 2018
- Modul
- MTs
- Otomotif
- PERANGKAT
- Perangkat SMA
- PROSEM
- Provider Seluler
- Puisi
- Resep Masakan
- RPP
- Soal dan Jawaban
- Soal Dan Kunci Jawaban
- Soal Multimedia
- Teks Laporan
- Teks Rekaman Percobaan
- True Story
TERUNTUK ANAKKU, GIANDRA PRADIPTA
22 April 2018
Hari
ini adalah hari paling bahagia dalam hidupku di sepanjang tahun 2018. Dua hari yang lalu adalah ulaang tahun
suamiku yg ke 28. Kami berencana merayakannya dengan pergi jalan-jalan. Tapi
karna aku sedang dilanda sakit, maka baru hari ini rencana jalan2 itu akan
direalisasikan. Dan karna akan bepergian jauh, aku selalu iseng untuk tespek di
pagi hari untuk memastikan bahwa aku tidak sedang hamil, sehingga aman untuk
melakukan perjalanan jauh. Dan apa yg terjadi ? sungguh...aku tak percaya
ketika melihat hasil tespek menunjukkan 2 garis. Itu artinya aku hamil !! Yaa,
hamil !! Tuhan, sungguh ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan. Betapa
tidak, satu setengah tahun sudah aku menunggu dan akhirnya berkah itu
kudapatkan 2 hari setelah ulang tahun suamiku.
Alhamdulillah, kado terindah untuknya tahun ini 🙂.
Mei-Juli 2018
Bulan2 ini adalah masa emas kehamilanku. Sungguh aku merasa jadi wanita paling bahagia di dunia ini. menikmati masa kehamilan yang sehat dengan bahagia tanpa kendala dan hambatan berarti. Tidak ada morning sickness dan mual muntah, apapun yang aku mau dituruti oleh suami. Aah..ini sungguh masa yang menyenangkan. Setiap malam sebelum tidur kerap menghitung hari, berharap agar segera bulan Desember. Berkhayal betapa menyenangkannya jika bayi dalam kandunganku ini kelak lahir, pasti bahagia sekali rasanya menjadi seorang Ibu dan memiliki anak yg lucu.
Agustus 2018
Bulan
ini aku USG untuk yang kedua kalinya. Memasuki minggu ke22 , jenis kelamin bayi
biasanya sudah bisa terlihat. Sebenarnya sedikit kecewa ketika Dokter
mengatakan bahwa bayiku laki-laki , karna sungguh.. dari dulu aku sangat
berharap punya anak perempuan. Tapi kemudian suamiku mengingatkan bahwa apapun
jenis kelaminnya, yang penting sehat. Kufikir, ada benarnya memang. Apapun yang
diberikan oleh Tuhan, syukuri saja. Yang penting aku bisa punya anak :D
Dan setelah mengetahui jenis kelamin bayiku, aku mulai searching nama yang bagus untuk anak laki-laki. Kemudian, setelah melalui proses diskusi panjang dengan suami, kami sepakat untuk menamai anak kami kelak GIANDRA PRADIPTA...
September 2018
Di
pertengahan september, saat kehamilan memasuki 28 minggu, mulai terjadi
masalah. Dokter menyatakan kehamilanku mengalami gejala Polihidramnion atau istilah
awamnya kembar cairan. Perutku terlihat lebih besar dari usia kehamilan yang
sesungguhnya karna cairan ketuban di dalamnya terlalu banyak. Tidak diketahui
pasti apa penyebab Polihidramnion ini, tapi dari yang kulihat dari hasil
searching di google, ada beberapa kemungkinan penyebabnya, seperti pencernaan
si bayi yang kurang baik sehingga ia tak bisa menyerap nutrisi dari Ibu dan
dimuntahkan lagi jadi air ketuban, ketidakcocokan darah antara ibu dan bayi,
kondisi kromosom abnormal, atau infeksi virus toxoplasma. Karna Polihidramnion
ini, dokter menyatakan bahwa kemungkinan besar aku harus melewati proses Caesar
untuk melahirkan bayiku nanti. Mendengar itu, tentu saja membuatku sangat
gundah. Karna itu baru kemungkinan, semua saran dari dokter agar aku dapat
melahirkan normal, aku lakukan. Yahh mesipun kemungkinannya kecil.
November 2018
Usia kehamilanku sudah memasuki 36 minggu. Namun setelah di USG lagi, ternyata posisi bayiku masih belum turun ke panggul. Bahkan lebih parahnya sekarang posisi bayiku miring, sehingga akan sangat susah jika dilahirkan melalui proses persalinan normal. Sia sia sudah rasanya selama ini aku mengusahkan dengan memperbanyak sujud dan rutin berjalan kaki keliling komplek, bahkan ikut senam ibu hamil agar bayiku cepat turun menuju jalan lahir -_- . Kata dokter, karna cairan ketubanku terlalu banyak, jadi bayi terus melayang dan berenang sehingga susah untuk masuk dan menetap di panggul menuju jalan lahir. Tapi aku masih tetap ngotot untuk mencoba sebisa mungkin untuk melahirkan secara normal. Aku menemui beberapa Bidan dan berkonsultasi apakah dengan kondisi seperti ini aku bisa melahirkan melalui proses persalinan normal. Kenapa ke Bidan ? karna biasanya, bidan lebih sabar daripada Dokter untuk melayani ibu hamil yang ingin melahirkan melalui proses persalinan normal. Tapi apalah daya, semua bidan menolak dan menyatakan angkat tangan jika posisi bayi seperti itu, akan sangat beresiko tinggi. Akhirnya, aku menyerah dan mencoba untuk ikhlas bahwa aku harus melahirkan melalui proses caesar. Mau bagaimana lagi ? mungkin memang sudah jalannya. Toh melahirkan secara caesar pun tidak mengurangi hakikat kita sebagai ibu kan? Normal ataupun caesar, dua2nya sama2 butuh perjuangan ...
3 Desember 2018
Aku
kembali ke Dokter kandunganku di rumah sakit Family Medical Center (FMC)
Cibinong untuk kontrol kandungan. Dan setelah di USG, posisi bayiku masih juga
tetap belum turun ke panggul. Dokter menyatakan bahwa aku harus segera
dioperasi karna sudah memasuki minggu ke 38 menuju 39, jika dibiarkan terlalu
lama akan berbahaya karna air ketuban bisa saja tertelan oleh si bayi . Setelah
berdiskusi akhirnya diambillah kesepakatan bahwa operasi akan dilaksanakan
besok, tanggal 4 Desember.
4 Desember 2018
Sebenarnya
aku sangat deg-deg an. Jujur saja aku sangat takut. Selama ini bisa dibilang
aku hampir tidak pernah sakit dan berurusan dengan rumah sakit. Dan ini kali
pertama aku berurusan dengan dokter dan langsung untuk operasi besar. Pukul
08.40, Setelah melalui serangkaian
proses suntik sana sini dan anestesi yg berkali kali gagal, akhirnya aku dibius
total .
Saat
aku siuman, jam di dinding menunjukkan pukul 12.30 . kepalaku rasanya sungguh
sangat berat. Aku melihat ke sekeliling tapi tak ada orang. Kesadaranku belum
sepenuhnya pulih, tapi fikiranku sudah bertanya dimana bayi dan suamiku? Aah
rasanya sudah tidak sabar bertemu dengan mereka, terutama anakku. Aku
penasaran, apa dia mirip denganku atau justru mirip suamiku? Sungguh campur
aduk hatiku, haru sekali rasanya karna sebentar lagi bisa melihat sesosok
makhluk mungil yang selama ini bersemayam di perutku ...
Beberapa
saat kemudian, beberapa orang perawat datang dan membawaku untuk dipindahkan ke
ruang perawatan. Saat tiba disana aku bertanya pada suamiku dimana bayiku dan
ia menjawab bahwa bayi kami masih di ruang bayi. “kenapa ga dibawa kesini ? Giandra
sehat dan baik baik aja kan ? ” tanyaku lirih.
“...”
suamiku terdiam sejenak
“jawab...”
desakku, demi melihat raut wajah suamiku yang seperti menyimpan kegelisahan.
“sabar
ya sayang, Giandra masih di Inkubator. Kamu belum bisa nyusuin dia karna
pencernaannya bermasalah “ terang suamiku.
Mendengar
itu, perasaanku langsung kacau balau. Kemudian suamiku menjelaskan bahwa Dokter
mendiagnosa anakkku terkena penyakit Atresia Esofagus, yaitu kelainan
pencernaan dimana bayi tidak bisa menyalurkan asupan makanan yang ia terima
dari mulut ke perut. Sehingga tiap diberi makan, wajahnya akan langsung membiru
dan makanan tersebut langsung dimuntahkan. Maka untuk sementara bayiku harus
dirawat di ruang inkubator dan diberi asupan makan melalui selang infus.
5 Desember 2018
Karna
kondisi kesehatan Giandra bukanlah masalah yang ringan, maka dia harus segera mendapatkan
perawatan insentif di rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang NICCU dan ada
Dokter bedah anaknya. Dan menurut dokter dari rumah sakit FMC tempatku dirawat
mengatakan bahwa suamiku harus mencari
rumah sakit yang memenuhi fasilitas tersebut dengan membawa surat rujukan dari
rumah sakit tempat aku dan Giandra dirawat. Dari sejak kemarin sore suamiku
sudah bepergian mengelilingi seluruh rumah sakit di Bogor dan Depok, tapi
hasilnya Nihil. Rumah sakit yang memiliki fasilitas ruang NICCU + dokter bedah
anak itu sangat terbatas, pun yang ada semuanya sedang full tidak ada yang
kosong. Sembari suamiku berkelana mencari, aku yang masih kondisi lemah dan tak
bisa kemana mana ini hanya bisa mencari via handphone dan mengontak semua
teman/saudara yang sekira dapat membnatu mencarikan rumah sakit dengan
fasilitas Ruang Niccu. Setelah berdiskusi dengan salah seorang teman, kemudian
aku tau bahwa sesungguhnya pihak rumah sakit yang punya fasilitas NICCU pun
tidak akan menerima jika suamiku yang datang dengan hanya membawa surat
rujukan. Rujukan itu seharusnya dari dokter yang bersangkutan dari rumah sakit
FMC tempatku dirawat , kemudian menelfon ke rumah sakit lain yang mempunyai
fasilitas Ruang NICCU, begitu prosedur yang seharusnya. Tapi pihak rumah
sakitku tiap kami desak untuk menelfon ke beberapa rumah sakit yang sudah kami
rekomendasikan, selalu jawabannya “ya , sudah kami telefon, tapi ruang NICCu
nya sedang penuh. Akan kami kabari lagi nanti jika sudah ada yang kosong.
Sembari menunggu ada yang kosong, silahkan mencari rumah sakit lain dengan cara
mendatanginya dan menunjukkan surat rujukan .”
6 Desember 2018 - Pagi
Meskipun
tau bahwa sebenarnya yang ia lakukan mungkin sia-sia, tapi suamiku tetap dengan
gigihnya mencari rumah sakit yang fasilitasnya lebih memadai untuk Giandra.
Secara prosedural, jelas tidak akan ada rumah sakit yang mau menerima jika
calon pasien datang dan membawa surat
rujukan, bukan rekomendasi langsung dari dokter. Tapi mau bagaimana lagi ?
daridapada hanya diam berpangku tangan tanpa usaha, itu juga tidak akan
memecahkan masalah. Karna waktu terus berjalan dan Giandra harus segera masuk
ke ruang NICCU.
Jam 7 pagi, suamiku pergi lagi
menuju Jakarta dan akan mengelilingi seluruh rumah sakit yang ada disana yang
fasilitasnya lebih memadai untuk Giandra. Sungguh aku ingin menangis rasanya.
Antara tangis sesak karna miris melihat keadaan bayiku, juga tangis haru
melihat kegigihan suamiku. Sudah sejak dua hari yang lalu dia lelah dan tanpa
tidur karna harus mencari rumah sakit di seluruh penjuru Bogor- Depok, dan
sekarang harus pergi lagi mencari ke Jakarta. Kasihan , dia pasti sungguh
lelah. Tak peduli dengan penolakan dari sebanyak itu rumah sakit, dia tetap
berjuang, demi anak kami Giandra. Karna dia yakin, pertolongan Tuhan akan
datang entah itu darimanapun jalannya jika kita berusaha dan berikhtiar dengan
sungguh – sungguh. Dan setidaknya, dibalik semua ini aku sungguh bersyukur
karna memiliki suami seperti dia…yang tak pernah menyerah dan tidak putus asa, yang perjuangannya
sedemikian rupa agar bayi kami Giandra bisa bertahan hidup dengan kondisi yang
sehat. Terimakasi Tuhan, Kau pilihkan jodoh terbaik untukku … J .
6 Desember 2018 – Sore
Jam
sudah menunjukkan pukul 17. 45 saat aku tiba di rumah. Kata dokter aku sudah
diperbolehkan pulang dan bisa rawat jalan. Tapi sudah sesore ini suamiku belum
juga pulang, di rumah pun aku belum bias tenang karna belum dapat kabar
darinya. Selama bayiku masih belum masuk ruang NICCU, rasa was-was ku semakin
tinggi. Aku takut kondisi nya memburuk. Aku tidak ingin terjadi apa-apa
dengannya. Tuhan, berikanlah kemudahan untuk kami ….
Setengah jam kemudian, suamiku mengabari bahwa ia sudah di perjalanan pulang dan hasilnya tetap nihil, tidak ada rumah sakit yang punya fasilitas NICCU yang bisa kami tempati . aku hanya bisa menghela nafas berat, yaa berat sekali rasanya menghadapi kenyataan ini. Betapa tidak, aku yang sedari menikah dulu sangat ingin segera dianugrahi anak, harus lama sekali menunggu hingga 1,5 tahun lamanya , dan ternyata .. setelah melahirkan pun aku tidak bisa segera langsung menikmati menggendong bayi dan mengurus anak.
Beberapa
menit kemudian, pertolongan Allah datang dari arah yang tak disangka-sangka .
saudara ipar kakakku menelfon dan mengabari bahwa ia memiliki teman dokter yang
bekerja di RSPAD Gatot Subroto Jakarta dan disana ada fasilitas ruang NICCU
nya. Kami pun langsung bergegas dan mebawa Giandra ke sana untuk mendapatkan
perawatan insentif.
11 Desember 2018
Setelah
5 hari di ruang NICCU , akhirnya anakku Giandra dioperasi. Akan dilakukan
pembedahan di kerongkongan dan ususnya. Betapa aku ngeri membayangkannya.
Giandra, yang masih bayi berumur 8 hari harus dioperasi dan dibedah organ
tubuhnya. Ya Allah, pasti sakit ya nak L . tapi kamu harus kuat yaa, demi
mama dan papa, demi kita. Kita nanti akan berkumpul bersama dan hidup bahagia
kan , nak ?
Setelah
operasi, dokter mengatakan bahwa kerongkongan Giandra dilubangi agar makanan
yang ia terima dari mulut bisa disalurkan ke perut. Kemudian karna ususnya
pendek, di bagian usus nya disambung dengan selang agar proses pencernaan
makanan di dalam tubuhnya jadi lebih sempurna. Kondisi setelah operasi masih
stabil, tapi Giandra masih belum boleh dibawa pulang karna masih harus dirawat
dan dilihat perkembangannya beberapa hari ke depan. Dokter bilang, jika ia
bertahan hidup, kelak di umur 2 tahun dia harus dioperasi lagi untuk
penggantian selang di ususnya. Ya Allah, berat sekali rasanya hidup yang harus
dijalani anakku nanti. Kamu pasti kuat ya nak …
14 Desember 2018
Ini
adalah hari terburukku di sepanjang tahun 2018. Pukul 17.00 sore , aku mendapat
telfon dari suamiku yang masih bekerja, ia mengabarkan bahwa pihak rumah sakit
telah menghubunginya dan mengabarkan bahwa anak kami Giandra telah
menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 16.45 sore. Sungguh aku tak bisa
berkata-kata lagi, hancur sudah harapanku. Pilu rasanya. Aku gagal menjadi
Ibu….
16 Desember 2018
Dua
hari setelah meninggalnya anakku, aku masih kerap tiba-tiba menangis. Terlebih
saat malam hari, aku sulit tertidur. Memikirkan kenapa hal ini harus menimpaku.
Memikirkan kenapa Giandra harus meninggalkanku. Menyalahkan takdir, kenapa aku
harus hamil jika hanya untuk direnggut kembali. Ya Tuhan…sungguh hati yang
terluka ini begitu mudahnya berprasangka buruk terhadap Mu. Betapa lemahnya
imanku jika aku menyalahkan Takdir Mu L .
Tapi
kemudian aku sadar, bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan
hamba-Nya. Aku harus ikhlas, harus kuat. Karna tidak ada pilihan lain selain
harus kuat. Pun larut dalam kesedihan meratapinya tidak akan mengubah takdir,
justru memperburuk keadaan. Selalu ingat bahwa jika kita tak bisa mengubah
arah angin, kita masih bisa mengubah arah sayap kita. Kita memang tak bisa
mengubah takdir, tapi kita bisa mengubah cara kita menghadapi takdir tersebut.
Jadi,
bahagia itu memang pilihan . kita masih bisa memilih untuk
merasa bahagia dengan setiap jalan yang suah digariskan… nikmati saja. Yakin
bahwa selalu ada hikmah di balik setiap cobaan. Nikmati, dan syukuri. Tidak
perlu lagi mengeluhkan apa yang tidak kita miliki, tapi bersyukur atas apa yang
sudah Allah beri. Setidaknya dari kejadian ini, aku tau bahwa aku masih
memiliki teman teman dan saudara yang begitu perhatian dan selalu sayang serta
peduli, yang tetap membersamai saat keadaanku sedang sulit dan tetap menguatkan
saat aku mulai goyah dan Lemah.
Tuhan,
maafkan aku yang sempat berkeluh dan menggerutu. Kini, kunikmati saja takdir
yang sudah engkau gariskan untukku, pasti itu yang terbaik dari Mu. Terimakasih
sudah memberiku kesempatan menjadi seorang Ibu meski hanya sepuluh hari saja.
Semoga kelak, aku dan suamiku Kau pertemukan kembali dengan anak kami di surga Mu
…
Bogor, Desember 2018
Baca juga
2 komentar
Contributor
- Anish
- Kamu tidak akan pernah tau, sampai kamu mengalaminya sendiri
Salah satu pengalaman yang paling berharga
BalasHapusNo deposit bonus for new casino, bet365 and more - DRMCD
BalasHapusGet 100 free spins 계룡 출장안마 and bonuses 대구광역 출장샵 from No 목포 출장안마 Deposit Casino, bet365 and more. Bet365 is one of 순천 출장마사지 the biggest online gambling 고양 출장안마 companies in the world.