- 2019/2020
- Adminisrasi Guru
- Akreditasi
- Akreditasi PAUD
- beasiswa
- Buku Paket
- Celoteh
- Cerita Seri
- Diary Galau
- HANYA CERPEN
- Informatika
- Kurikulum 2013 Revisi 2018
- Modul
- MTs
- Otomotif
- PERANGKAT
- Perangkat SMA
- PROSEM
- Provider Seluler
- Puisi
- Resep Masakan
- RPP
- Soal dan Jawaban
- Soal Dan Kunci Jawaban
- Soal Multimedia
- Teks Laporan
- Teks Rekaman Percobaan
- True Story
CORETAN MAMA MUDA
Mari Berhenti Sejenak
Perjalanan hidup ini melelahkan, ya sangat melelahkan. Betapa tidak, di saat idealisme kita dihadapkan pada realita yanag beraneka ragam corak dan warnanya, kita harus bertahan karena kita tidak ingin tujuan hidup kita yang jauh ternodai dengn kepentingan sesaat. Ini bukan soal halal atau haram terhadap dunia dengan segala keindahannya, tapi soal menyikapinya agar tidak tergiur dan terperdaya olehnya.
Gambaran ini dapat kita rasakan di saat harus mengatakan “tidak” dihdapan mereka semua yang berkata ”iya”.ketika ramai – ramai orang bicara inidn itu dengan segala argumentasinya, tuntutan idealisme kita membisikan kita untuk “diam”, tatkala orang lain menilai bahkan mengencam kita dengan tuduhan ini dan itu, idealisme kita pun hanya mengisyaratkan kita untuk sekedar senyum tanpa kata- kata. Disaat orang beretorika dengan segala keahliannya bahasanya, idealismekitapun hanya meminta kita untuk membaca pikiran di balik pikiran. Dan ketika orang ramai –ramai membicarakan dunia dengan segala kenikmatannya, idealisme kitapun hanya mengalunkan satu kata “patuh/qonaah”. Itulah idealisme kita dihadapan mereka.
Terkadang tanpa terasa idealisme kita tergeser lantaran pikiran kita terbawa arus yang kita tidak menyadarinya. Belum lagi kondisi jiwa kita yang terus bergejolak mempengaruhi pikiran kita. Pikiran-pikiran itu selalu datang silih berganti tanpa kenal henti sering dengan perjalanan hidup ini.
Memang, ini semua kita pahami sebagai sunah kehidupan. Gelombang dan badai harus dipahami sebagai lading ujian, problematika hidup merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari hidup, pahit getir menjadi bumbu yang harus dirasakan oleh setiap kita, jatuh bangun adalah tangga yang harus dilalui dalam menggapai sebuah cita-cita.
Letih, lelah itulahyang sering kita rasakan, kita sering merasakan kejenuhan, bosan bahkan tidak peduli dengan kondisi. Namun janagna pernah ada perasaan pesimis apalagi putus asa karena dibalik semua itu pasti ada sesuatu yang dapat kita jadikan pengalaman yang berarti. Dn yng kita perlukan adalah berhenti sesaat. Berhenti bukan berarti selesai atau sampai disini berhenti untuk merenungi kembali perjalanan yang telah kita lalui, berhenti untuk mengompa kembali semangat beramal, berhenti untuk “mencas baterai” keimanan kita agar tidak redup.
Kita butuh waktu untuk melihat kondisi jiwa kita agar tetapstabil dan tahan dalam menghadapi segalanya terkadang kita lupa ada yang harus kita tengok dalam diri kita “ruhiyah” kita. Kondisi ruhiyah kita yang akan selalu membutuhkan suasana yang teduh, tenang sehingga ia menjadi kekuatan yang akan melindungi jiwa kita dari berbagai rintangan yng akan menghalangi kita. Kita memerlukan nuansa ruhiyah yang nyaman agar dapat berpikpir jernih dan tetap semangat menjalanani hidup ini kita butuh ketegaran jiwa dalam menghadapi hiruk-pikuk hidup.
Inilah yanga senantiasa diajarkan oleh Muadz bin Jabal kepada sahabatnya dengan ungkapannya yang menyejukan hati “mari duduk sesaat untuk beriman”. Berhenti sejenak untuk menengok kembali kondisi keimanan agar tetap terjaga. Karena segala yang kita alami dalam hidup harus dihadapi dan bukan lari darinya, ingatlah bahwa lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah itu, bisa jadi justru akan menambah masalah baru. memperbaharui keimanan akan membawa kita untuk memahamihakikat hidup ini dengan segala problematikanya. Mari kita sempatkan untuk selalu memperbaharui keimanan kita ditengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan.
Baca juga
Contributor
- Anish
- Kamu tidak akan pernah tau, sampai kamu mengalaminya sendiri
Posting Komentar
Posting Komentar